Sabtu, 17 September 2016

Vanilla Twilight

Oh if my voice could reach back to the past
I'd whisper in your ear
Oh, Darling, i wish you were here


-Owl City, Vanilla Twilight




Dulu, pas SMP, asyik banget diskusi sama kakak tentang lirik lagu itu. "Kalo suaraku bisa balik ke masa lalu, aku akan berbisik di telingamu, 'Darling, aku harap kamu di sini'"

Cuma gitu doang, si 'Aku' cuma pengen suaranya bisa balik ke masa lalu buat bilang ke 'Darling' kalo pada hari ini saat mereka udah ga bareng lagi, 'Aku' akan tetap mengharapkan kehadiran 'Darling'. Udah gitu aja. 'Aku' sama sekali ga berharap bisa mutar masa lalu untuk ngebikin 'Darling' yang udah ga ada saat ini jadi ada lagi.

Jadi, bayangin kalian punya seseorang yang kalian sayang, tapi sudah meninggal. Suatu hari kalian melihat pemandagan yang indah dan terkenang dia. Lalu, tiba-tiba, kalian nemu mesin penjelajah waktu (akibat kebanyakan nonton film). Lantas, kalian pun berkelanalah ke masa ketika dia masih hidup (tiga tahun lalu misal), dan.... yang kalian lakukan bukan ala-ala film yang melakukan aksi penyelamatan heroik biar si dia ga meninggal, tapi... berbisik padanya, 

"Tiga tahun dari hari ini, aku melihat sebuah pemandangan indah. Saat itu kamu harus tahu kalau aku berharap kamu juga ada di sana untuk menikmatinya."

((kita sok-sokan memaknai liriknya, padahal ga ngerti tata bahasa Inggris)

Yah, kayak kita gitu lah... ga satu pun di antara kita satu kampus, semuanya mencar ke mana-mana. Aku ga berharap bisa mbalikin waktu dan ngebikin kita satu kampus, jalan-jalan, kekajian, nongkrong ke mana-mana bareng. Cuma pengen bilang, masa-masa itu emang indah banget, susah nyari gantinya. Makanya, ga usah nyari ganti. Kan, kalian bagiku juga ga tergantikan. Tapi lapangin hati kita, jadi kita bisa menerima dan menyayangi banyak orang. Hati kita bisa menampung lebih banyak nama tanpa mengganti yang lama.

Aduh, susah banget seriusan. Kalo lagi kuliah di kelas, rasanya pengen nengok ke samping trus mulai berulah ga jelas kayak pas jam bahasa Indonesia jaman kelas X (Inget peristiwa mie instant nya Toples? Baunya menguar ke mana-mana, heran Bu Guru ga sadar), cuma buat ngusir ngantuk. Sekarang ngantuk? Ya udah, bablas tidur. Di kelas? Iye, hee. Harusnya si ga boleh.

Kalo lagi lembur tugas sampe lewat tengah malem bahkan bisa melek sampe pagi, pengen kalian ada di sini nemenin, kayak pas di antara kita ada yang punya tugas bikin diagram warna tapi dianya mata silinder, ga pernah bisa bikin garis lurus dan nge-cat dengan lurus rapi. Kita enjoy banget ngerjain rame-rame di Markas Besar kita yang sunyi sepi di malam hari, sementara si empunya tugas, duduk santai di pojokan. Kayaknya kalo ada kalian di sini, aku cuma tinggal nge-dikte, kalian yang nulisin, mbikinin lampiran, dan lalalala.





Kalo lagi ketawa-ketiwi di sekre JMMB bareng akhawat yang lain, tetiba inget teras Masjid kita. Inget kan Fractura hepatica? Pemasukan pertama kita, 5ribu rupiah, asalnya dari guyonan konyol Fractura hepatica. Inget kita suka saling setor hafalan di sana? Inget pas persiapan aksi damai untuk Mesir dan kita rame2 bikin amunisi di sana? Inget pas sampe jam 11 malem ikhwan-ikhwan belum balik dari Cilacap kota (60 km dari sekolah kita) dan ga ada yang bisa dihubungi... pergi atas nama Rohis, pake seragam sekolah ga pulang2 sampe malem.

Kalo pas makan-makan bareng temen, tetiba kebayang rihlah-rihlah kita, masak-masak kita, selalu ngabisin makanan di rumah *a**a. Kalo lagi dianter temen pulang ke asrama, sambil ngobrol tentang JMMB, tentang proker, tentang amal yaumi, tentang ilmu baru dari majelis baru, jadi inget setiap kali berangkat forum pekanan dibonceng pemilik motor warna ijo, bahan obrolan kita, mirip... Kalo lagi syuro dipimpin mas'ul JMMB, inget Ketua Rohis kita, beda bangetttt, hahhaha... kalo inget dia jadi inget omongan temen sekelas yang notabene bukan anak Rohis:

"Ketua Rohisnya dia?"


"Iya, emang kenapa?"


"Dia temen SMP-ku?"


"Ho-oh"


"Bukannya dia anak bola?"


"emmm... setauku malah anak pramuka"


"Aduh, Em, aku penasaran, jadi apa Rohis SMA kita."


"Emang napa?"


"Ketua Putra sama Ketua Putrinya begadulan semua, hahahaha. Milih ketua yang rada kalem, keliatan sholih sholihah gitu..."

Dan ternyata... taraaa.... jadi beginilah kita, and i dont regret it.




kadang berdiri di mimbar, kadang angkat-angkat kayu bakar





baru belajar tentang interaksi lawan jenis, tapi belum kenalan sama hijab (edisi syuro di taman)

Rasanya kita hampir mendapatkan segalanya di masa SMA kita; sebenar-benar sahabat, organisasi yang melaluinya membuat kita merasa melakukan sesuatu dan memiliki sesuatu untuk dipikirkan serta diperjuangkan, dan terlebih, jalan hidup yang baru. Kita suka mellow kalo udah ada yang mulai nyanyi Sepotong Episode, kita bangetttt...batin hati kita. Bersama mencari cahaya-Mu. Kadang prihatin kadang lucu juga pas ada yang baru belajar 'ga main cinta-cintaan', eh si 'dia' langsung dapet yang baru, wkwkwk (bukan maksudku menertawai kisahmu, tapi itu kayaknya udah jadi rahasia umum, hehe). Yang paling tomboy, atlet sekolah kita, malah paling keibuan. Yang kayaknya paling lurus hidupnya, tapi hijrah pake rok paling terakhir (itu juga dipaksa uminya), belajar mbonceng motor menyamping paling terakhir, belajar pake kerudung segiempat paling terakhir juga (itu juga terdesak tuntutan kuliah). Tapi yah, begitulah, yang lebih dulu tidak selalu lebih baik dari yang akhir. Kayak Abu Hurairah ra. aja.

Jadi, Sahabat, aku tau kalian kangen aku, seperti kangennya aku pada kalian.

Tapi dulu kita udah sama-sama memperkirakan keberpencaran kita ini, jadi kekangenan ini harusnya menguatkan, bukan melemahkan... Aku ingin membaca status bahagia kalian, ingin liat kalian gemukan bukan kurusan apalagi sakit-sakitan.

Mengapa rumput tetangga terlihat lebih hijau? Karena tetangga merawatnya, bukan berlama-lama memandangi rumput tetangga yang lain...

Karena segala yang pernah datang dalam hidup kita, bukan untuk dibiarkan berlalu tanpa makna.

Jazakumullah Khoiron Katsir, Sahabat, karena telah menghijaukan rumputku, setiap saat membuatku merasa, "beruntungnya aku memiliki mereka dalam perjalanan hidupku."

0 komentar:

Posting Komentar