Kadang aku berpikir ia
terlalu memengaruhi diriku dan betapa menyebalkannya hal itu. Tapi di saat
seperti sekarang, aku memerlukannya, maka lagi-lagi aku mengikuti cara
berpikirnya, maka lagi-lagi aku menentukan sikap setelah mendengarkannya. Hal
yang sama yang telah terjadi selama bertahun-tahun kehidupanku.
Aku merasa begitu berat
dan tidak tahu ke mana harus mengatakannya. Jika ada garis vertikal dan
horisontal, maka aku tidak memiliki kesempatan untuk naik ataupun turun
mengatakan apapun yang menyesakkan hatiku, sedangkan di sampingku, aku tidak
bisa meniti garis horisontal itu. Maka aku berdiri di persimpangan kedua garis
tersebut. Aku tidak merasa sendiri, hanya saja aku merasa takut tidak mampu
menjaga kedua garis tersebut.
“Ia bertanya mengapa aku
menjadi begitu perempuan. Aku tidak
tahu. Segalanya terasa terlalu luas dan aku begitu kerdil. Aku tidak lagi bisa
berpikir seliar dulu dan semasa bodoh waktu-waktu lalu. Jika ada segenggam
pasir di tanganku, maka setiap butirnya yang terbang akan meminta
tanggungjawabku. Ia mengatakan, bagus jika aku mulai bisa berpikir semakin
dewasa, tapi jangan buat pagar terlalu rapat. Pagar ada untuk menjaga, tapi
jika ia terlalu rapat, aku tidak akan bisa bergerak.”
Dalam segala kekacauan
pikiran, aku ingin meyakini dengan sepenuh hati, Allah adalah dekat. Aku ingin
memenuhi panggilan-Nya dalam segala kelapangan, keluasan, kelesuan, kejemuan, juga
kesempitan.
“Dan Apabila hamba-hambaKu
bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka katakanlah sesungguhnya Aku
dekat. Aku mengabulkan doa orang yang memohon apabila ia memohon kepadaKu. Maka
hendaklah mereka memenuhi (panggilan/perintah)Ku, dan beriman kepadaKu agar
mereka mendapat petunjuk (bimbingan)”. (Al-Baqarah: 186)
0 komentar:
Posting Komentar